Kisah, Ketika Seorang Habib Memeluk Pastor...
Medinesia.com- Kodam IV/Diponegoro beberapa hari lalu tengah mengadakan tausiyah kebangsaan dalam rangka mempeingati HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia di Bundaran Tugu Muda, Semarang, Senin (14/8/2017)
.
Lebih dari 20.000 warga dari Kota Semarang dan daerah sekitarnya di Jawa Tengah hadir dalam acara ini. Tausiyah kebangsaan
dengan tema “Indonesia Kerja Bersama” ini dipandu oleh Mustasyar PBNU
Habib Lutfi Bin Yahya dari Pekalongan. Hadir juga Panglima TNI Jenderal
Gatot Nurmantyo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kapolda Jateng
Irjen Pol Condro Kirono serta para tokoh agama dan pejabat lainnya.
Bagi umat yang hadir, acara itu merupakan peneguhan terhadap sikap
nasionalisme yang mulai banyak direduksi oleh tindakan-tindakan
intoleransi dan radikalisme.
Namun bagi Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan
Agung Semarang Pastor Aloys Budi Purnomo, Pr, acara tausiyah kebangsaan
ini sekaligus sebagai ajang untuk menyambung tali persahabatan. Sebab
ia dan Habib Lutfi bin Ali bin Yahya, Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyah
Ahlith Tharoqah Al Mu’tabarah An Nahdliyah (JATMAN) yakni organisasi
tarekat yang berafiliasi ke ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU), adalah
sahabat.
Pastor Budi sangat menghormati pribadi Habib Lutfi. Begitupun Habib Lutfi, juga sangat menghormati Romo Budi.
Siapa yang tidak mengenal Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali
Bin Yahya yang lahir di Kota Pekalongan, 10 November 1947, kata Pastor
Budi, hari kelahirannya pun bertepatan dengan Hari Pahlawan.
Hangatnya hubungan kedua pemimpin agama ini terlihat sejak awal
berjumpa dalam acara ini. Saat Habib Lutfi tiba di Wisma Perdamaian,
sebutan untuk rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, Pastor Budi menyambutnya
dengan pelukan.
Tak hanya berpelukan, keduanya pun tampak cipika cipiki. Bahkan saking takzimnya, Pastor Budi juga mencium tangan Habib Lutfi.
"Ini kanca kuna (ini teman lama). Sahabat lamaku!" cetus Habib Lutfi disaksikan Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman.
Pastor Budi yang juga kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata itu
mengaku merasa adem dan ayem setiap kali berjumpa Abah Lutfi, panggilan
akrab Habib Lutfi, dalam berbagai kesempatan.
"Perjumpaan dengan beliau adalah perjumpaan yang penuh barokah. Saya mengalami aura dan daya
kekuatan Islam sebagai rahmatan lil alamin!" kata Pastor Budi.
"Tak mengherankan bila setiap kali melihat dan berjumpa Beliau,
banyak umat Islam seperti tersedot magnet aura Beliau. Banyak sekali
yang berebut untuk bersalaman dengan Beliau atau sekadar menjamah Beliau
saja, orang tampak sudah mengalami rasa adem dan ayem itu," puji Pastor
Budi.
Setelah cukup beramah-tamah, keduanya tampak keluar dari Wisma Perdamaian dengan bergandegan tangan menuju panggung Tausiyah Kebangsaan di Bundaran Tugu Muda. Saat mengawali Tausiyah Kebangsaannya, Habib Lutfi memberikan penghormatan khusus kepada Romo Budi.
"...Wabilkhusus (terutama) yang saya banggakan, sahabat kita lama.
Seneng musiknya sama, dan saksofonnya itu yang selalu mengalun luar
biasa improvisasinya yang top luar biasa. Beliau itulah Romo Budi...,"
ungkap Habib Lutfi disambut dengan tepuk tangan para hadirin. Mendengar penghomatan yang khusus tersebut, pria yang akrab disapa Romo Budi ini mengaku sangat terharu.
Konser bareng
Keakraban keduanya pun kembali terlihat setelah acara tausiyah
kebangsaan usai, dan ini adalah pemandangan yang amat langka. Sesudah
menikmati nasi kebuli, keduanya menggelar "konser" musik bareng.
Habib Lutfi memainkan keyboard, sedangkan Pastor Budi meniup
saksofon. Sebuah pemandangan yang menghadirkan persahabatan dua figur
tokoh agama dan budaya interrelijius tanpa basa-basi dengan segala
keindahannya.
Suasana santap bersama dini hari sesudah tausiyah kebangsaan itu sungguh merupakan hal yang sangat indah, rukun dan harmonis yang sangat mencerminkan bhinneka tunggal ika.
0 Response to "Kisah, Ketika Seorang Habib Memeluk Pastor..."
Post a Comment